DESA TONGGING
Hampir semua orang tahu kalau dulu uang kertas Rp. 1.000-an
bergambar
Danau Toba,
namun tidak banyak orang yang tahu kalau di uang kertas tersebut
adalah
desa Tongging,
yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Jalan-jalan ala backpaker yang penulis sebut NGEBOLANG yaitu
jalan-jalan
tanpa
menggunakan fasilitas mewah dan lebih mengutamakan jalan kaki
atau public
transportation.
Setelah tergabung dalam Backpakers Indonesia menggugah hasrat
akan
petualangan yang telah lama terpendam akan pekerjaan dan fungsi sebagai
ibu rumah tangga. Dengan membawa misi menikmati keindahan Indonesia,
menghantarkan penulis memulai petualangan.
jalan-jalan
tanpa
menggunakan fasilitas mewah dan lebih mengutamakan jalan kaki
atau public
transportation.
Setelah tergabung dalam Backpakers Indonesia menggugah hasrat
akan
petualangan yang telah lama terpendam akan pekerjaan dan fungsi sebagai
ibu rumah tangga. Dengan membawa misi menikmati keindahan Indonesia,
menghantarkan penulis memulai petualangan.
Desa Tongging menjadi tempat petualangan pertama, lokasi Desa Tongging,
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara, Indonesia.
yang tertera di Peta dan Koordinat GPS: 2° 54′ 38.30″ N 98° 32′ 0.76″ E.
Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota
Kabupaten Tanah Karo, dari Kota Brastagi sejauh 35 km atau hanya
memerlukan sekitar 2,5 jam dari Kota Medan. Untuk mencapai desa
ini dari kota Medan tentulah melalui daratan tinggi menuju ke kota
Berastagi dan Kabanjahe. Dari Kabanjahe menuju Kecamatan Merek,
dari Merek turun ke bawah sampai ke pinggir Danau Toba, desa itulah
yang dinamakan Tongging.
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara, Indonesia.
yang tertera di Peta dan Koordinat GPS: 2° 54′ 38.30″ N 98° 32′ 0.76″ E.
Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota
Kabupaten Tanah Karo, dari Kota Brastagi sejauh 35 km atau hanya
memerlukan sekitar 2,5 jam dari Kota Medan. Untuk mencapai desa
ini dari kota Medan tentulah melalui daratan tinggi menuju ke kota
Berastagi dan Kabanjahe. Dari Kabanjahe menuju Kecamatan Merek,
dari Merek turun ke bawah sampai ke pinggir Danau Toba, desa itulah
yang dinamakan Tongging.
KEUNIKAN BAHASA
Apa yang menjadi daya tarik desa ini? Sebagai salah satu desa
wisata
di pinggir Danau Toba, pemandangan yang indah dan alami
sungguh luar
biasa, setiap insan yang melihatnya dari ketinggian akan berdecak
kagum
karena bagaikan melihat langit dibawah berupa hamparan danau
yang luas.
Nama tempat pandang itu disebut Penatapan Tongging yang wajib
dikunjungi, dari penatapan ini setiap orang dapat memandang sisi lain
keindahan Danau Toba. Juga ada Air Terjun Sipiso-Piso, berada di sekitar
tepi Danau Toba bagian
utara dengan ketinggian sekitar lebih 800 meter dari permukaan laut (dpl),
yang dikelilingi bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus. Ketinggian
air terjun ini berkisar 120 meter sehingga dinobatkan sebagai air terjun
tertinggi di Indonesia. Nama Sipiso-piso berasal dari kata” piso” yang
artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian
di atas seratus meter ini bagaikan bilah-bilah pisau yang tajam.
Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat
orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo. Ditambah
kelokan-kelokan indah dipinggir bukit menuju desa Tongging di bawahnya.
wisata
di pinggir Danau Toba, pemandangan yang indah dan alami
sungguh luar
biasa, setiap insan yang melihatnya dari ketinggian akan berdecak
kagum
karena bagaikan melihat langit dibawah berupa hamparan danau
yang luas.
Nama tempat pandang itu disebut Penatapan Tongging yang wajib
dikunjungi, dari penatapan ini setiap orang dapat memandang sisi lain
keindahan Danau Toba. Juga ada Air Terjun Sipiso-Piso, berada di sekitar
tepi Danau Toba bagian
utara dengan ketinggian sekitar lebih 800 meter dari permukaan laut (dpl),
yang dikelilingi bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus. Ketinggian
air terjun ini berkisar 120 meter sehingga dinobatkan sebagai air terjun
tertinggi di Indonesia. Nama Sipiso-piso berasal dari kata” piso” yang
artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian
di atas seratus meter ini bagaikan bilah-bilah pisau yang tajam.
Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat
orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo. Ditambah
kelokan-kelokan indah dipinggir bukit menuju desa Tongging di bawahnya.
Keunikan yang tidak dipunyai desa lain di pinggir Danau Toba
adalah bahasa. Karena letak geografis yang strategis antar suku
bangsa Batak, maka bahasa desa Tongging mempunyai dialek
yang berbeda dengan masyarakat batak toba dan karo pada
umumnya. Desa Tongging berada ditengah-tengah penduduk Karo,
Simalungun, Toba dan Pakpak Dairi, maka logat dan bahasa yang
berbeda. Selain itu Pesta Adat dan Ulos yang berbeda dikarenakan
perpaduan unsur-unsur bahasa dan budaya ke semua penduduk
sekitarnya sehingga bahasa Tongging ada kata-kata bahasa Toba
, Simalungun, Karo dan Pakpak - Dairi. Jadi tidak heran apabila
masyarakat Tongging lancar berbahasa daerah sekitarnya.
Desa Tongging itu sendiri dahulunya dipimpin oleh
Raja Oerong Tongging bermarga Manihuruk yang membawahi
Ketua Kesain atau Ketua Kelompok marga setempat seperti
Sihaloho, Muthe, Girsang, Manik, dan Simarmata.
adalah bahasa. Karena letak geografis yang strategis antar suku
bangsa Batak, maka bahasa desa Tongging mempunyai dialek
yang berbeda dengan masyarakat batak toba dan karo pada
umumnya. Desa Tongging berada ditengah-tengah penduduk Karo,
Simalungun, Toba dan Pakpak Dairi, maka logat dan bahasa yang
berbeda. Selain itu Pesta Adat dan Ulos yang berbeda dikarenakan
perpaduan unsur-unsur bahasa dan budaya ke semua penduduk
sekitarnya sehingga bahasa Tongging ada kata-kata bahasa Toba
, Simalungun, Karo dan Pakpak - Dairi. Jadi tidak heran apabila
masyarakat Tongging lancar berbahasa daerah sekitarnya.
Desa Tongging itu sendiri dahulunya dipimpin oleh
Raja Oerong Tongging bermarga Manihuruk yang membawahi
Ketua Kesain atau Ketua Kelompok marga setempat seperti
Sihaloho, Muthe, Girsang, Manik, dan Simarmata.
Desa Tongging yang penduduknya
sebagian
besar menanam bawang merah,
dulunya menjadi desa persinggahan
apabila
orang-orang mau menyeberang
danau dengan “solu” atau perahu
ke desa-desa
sekitarnya,
seperti ke Dairi dan Simalungun, dimana dulunya
belum
ada jalan darat untuk mencapai desa-desa
sekitarnya, sehingga pada saat hari pasar jatuh
setiap Jumat,
maka desa Tongging menjadi tempat yang sangat ramai,
yang pada saat itu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi penduduk
setempat.
Namun sekarang
sudah tidak lagi, perekonomian masyarakatpun pun turun,
dan panen bawang
sudah tidak menjanjikan lagi. Dan terlebih-lebih para pemuda
desa sudah
merantau jauh ke luar Sumatera terutama Jawa.
sebagian
besar menanam bawang merah,
dulunya menjadi desa persinggahan
apabila
orang-orang mau menyeberang
danau dengan “solu” atau perahu
ke desa-desa
sekitarnya,
seperti ke Dairi dan Simalungun, dimana dulunya
belum
ada jalan darat untuk mencapai desa-desa
sekitarnya, sehingga pada saat hari pasar jatuh
setiap Jumat,
maka desa Tongging menjadi tempat yang sangat ramai,
yang pada saat itu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi penduduk
setempat.
Namun sekarang
sudah tidak lagi, perekonomian masyarakatpun pun turun,
dan panen bawang
sudah tidak menjanjikan lagi. Dan terlebih-lebih para pemuda
desa sudah
merantau jauh ke luar Sumatera terutama Jawa.
DESA WISATA YANG TERBENGKALAI
Sebagai desa wisata, potensi Tongging belum benar-benar di
promosikan secara maksimal oleh Pemda setempat, bahkan
para pejabat setempat menutup mata akan menjamurnya
kerambah-kerambah dipinggir danau, yang menjadikan
pinggir danau tidak bersih dan berbau dan terutama
merusak keindahan Danau Toba dan Tongging sebagai desa
wisata. Sungguh disayangkan, desa yang begitu indah menjadi
desa yang terbengkalai. Ada beberapa hotel dan motel disekitar
desa, namun tidak dapat menarik minat para turis domistik
dan luar negeri untuk turun ke bawah, karena tidak ada yang
menarik untuk di datangi di bawah.
promosikan secara maksimal oleh Pemda setempat, bahkan
para pejabat setempat menutup mata akan menjamurnya
kerambah-kerambah dipinggir danau, yang menjadikan
pinggir danau tidak bersih dan berbau dan terutama
merusak keindahan Danau Toba dan Tongging sebagai desa
wisata. Sungguh disayangkan, desa yang begitu indah menjadi
desa yang terbengkalai. Ada beberapa hotel dan motel disekitar
desa, namun tidak dapat menarik minat para turis domistik
dan luar negeri untuk turun ke bawah, karena tidak ada yang
menarik untuk di datangi di bawah.
Padahal Dinas Pariwisata dan Pemda setempat dapat mengeksplor
desa Tongging menjadi tujuan wisata, banyak spot-spot yang bisa
dikembangkan selain hanya datang ke Penatapan dan melihat Air
Terjun Si Piso-Piso. Bukit-bukit hijau dapat dijadikan Wisata
Pendakian, Bumi Perkemahan, Flying Fox, Aeromodeling dan
Wisata Air dengan Banana Boat dan Ski-Air. Dinas Pariwisata
dapat menggandeng Putra Daerah atau Investor Swasta untuk
menjadikan Tongging lebih hidup. Serta juga untuk masyarakat
setempat dapat terbantu mengembangkan potensi-potensi
ekonomi seperti membuka rumah-rumah makan seperti
rumah makan ikan bakar atau rumah makan halal, cafe dan motel
serta juga menjual soevenir-soevenir khas Tongging. Masih banyak
yang bisa dikembangkan menjadi daerah wisata tanpa
menghilangkan adat dan kebudayaan setempat. Tentunya banyak
pembenahan baik dari segi fisik seperti pembenahan tempat atau
lokasi juga dari segi karakteristik dan mental masyarakat menuju
dunia wisata internasional.
desa Tongging menjadi tujuan wisata, banyak spot-spot yang bisa
dikembangkan selain hanya datang ke Penatapan dan melihat Air
Terjun Si Piso-Piso. Bukit-bukit hijau dapat dijadikan Wisata
Pendakian, Bumi Perkemahan, Flying Fox, Aeromodeling dan
Wisata Air dengan Banana Boat dan Ski-Air. Dinas Pariwisata
dapat menggandeng Putra Daerah atau Investor Swasta untuk
menjadikan Tongging lebih hidup. Serta juga untuk masyarakat
setempat dapat terbantu mengembangkan potensi-potensi
ekonomi seperti membuka rumah-rumah makan seperti
rumah makan ikan bakar atau rumah makan halal, cafe dan motel
serta juga menjual soevenir-soevenir khas Tongging. Masih banyak
yang bisa dikembangkan menjadi daerah wisata tanpa
menghilangkan adat dan kebudayaan setempat. Tentunya banyak
pembenahan baik dari segi fisik seperti pembenahan tempat atau
lokasi juga dari segi karakteristik dan mental masyarakat menuju
dunia wisata internasional.
Sumber Komunitas Back Packer Indonesia
http://backpackerindonesia.com
Komentar
Posting Komentar