Kisah Marga Girsang
pemukimannya itu diberikan oleh Raja Mandida Manik karena menikahi puterinya. Salah seorang keturunan si Girsang ada yang memiliki keahlian meramu obat sehingga dikenal juga dengan sebutan Datu Parulas dan menyumpit burung sehingga digelari juga dengan Pangultop. Adapun nama leluhur pertama marga Girsang yg datang langsung dari Pakpak menurutnya adalah 2 orang bersaudara yaitu Girsang Girsang dan Sondar Girsang, mereka ini keturunan ke 11 dari Raja Ghaib, leluhur pertama marga Cibero. Keduanya melakukan perburuan terhadap seekor burung, karena mengejar burung tersebut salah seorang di antara keduanya sampai ke Simalungun dan memasuki kampung Naga Mariah tanah ulayat marga Sinaga. Pada masa itu Tuan Naga Mariah tengah mendapat ancaman dari musuh yang datang dari Kerajaan Siantar, berkat bantuan si Girsang musuh dari Siantar dapat diatasi. Atas jasanya, Tuan Naga Mariah kemudian menikahkannya dengan puterinya dan menyerahkan tampuk kekuasaan padanya. Adapun penduduk asli tempat itu yaitu marga Sinaga, setelah kekuasaan beralih ke tangan si Girsang, mereka akhirnya banyak yang mengungsi ke Batu Karang dan menjadi marga Peranginangin Bangun. Di tempat itu, Si Girsang kemudian mendirikan kampung Naga Saribu sebagai ibukota Kerajaan Silima Huta dengan menggabungkan lima kampung yaitu Rakutbesi, Dolog Panribuan, Saribu Jandi, Mardingding, dan Nagamariah. Marga ini terbagi lagi menjadi Girsang Jabu Bolon, Girsang Na Godang, Girsang Parhara, Girsang Rumah Parik, dan Girsang Rumah Bolon. Sebagian keturunannya pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Gersang, kampung Sinaman di Kecamatan Tiga Panah merupakan salah satu kampung yang didirikan keturunan Girsang yang pindah ke tanah Karo. Adapun keturunan Purba Silangit ada juga yang menggabungkan diri dengan marga ini yang disebut dengan Girsang Silangit.
Peristiwa yang sama juga dialami salah seorang keturunan marga Cibero yang bergelar Pangultopultop, karena memburu seekor burung dari Tungtung Batu Kecamatan Silima Punggapungga membawa dirinya sampai ke Simalungun dan memasuki wilayah kekuasaan Tuan Simalobong salah satu partuanon dari Kerajaan Panei. Karena kepiawaiannya ia berhasil merebut hati rakyat Simalobong saat terjadi musim paceklik sehingga rakyat pun dengan sukarela memanggilnya raja. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kecemburuan Tuan Simalobong, karena ia merasa ialah satu-satunya yang berhak menyandang titel tersebut. Akibatnya Pangultopultop berurusan dengan pihak istana dan berhadapan langsung dengan Tuan Simalobong, peristiwa ini berujung dengan adu sumpah (marbija) antara keduanya yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Pangultopultop. Kepemimpinan kemudian jatuh ke tangannya, di bekas wilayah kekuasaan Tuan Simalobong, ia lalu mendirikan Kerajaan Purba dan mengidentifikasi dirinya dengan sebutan Purba Pakpak. Pengetua adat marga Cibero tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Pangultopultop, sang pendiri Kerajaan Purba dan nenek moyang pertama Purba Pakpak juga bermarga Cibero. Nama asli Pangultopultop menurutnya adalah Gorga, ia memiliki seorang saudara yg bernama Buah atau Suksuk Langit, saudaranya inilah yg pindah ke Juhar dan menjadi Tarigan Sibero. Mereka ini merupakan generasi ke 20 dari Raja Ghaib, generasi awal marga Cibero. Kalau merujuk pada pendapat beliau, artinya lebih dahulu si Girsang merantau ke Simalungun dibanding si Parultop, ada selisih 9 generasi antara Girsang dan Parultop, leluhur Purba Pakpak. Di antara keturunan Purba Pakpak ada yang membelah diri dan menyebut marganya dengan Purba Sihala dan mendiami daerah Purba Hinalang, keturunannyalah yang pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Purba atau Tarigan Cikala yang banyak ditemukan di daerah Cingkes dan Tanjung Purba, Kecamatan Dolog Silou.
Gersang, marga ini bersaudara dengan Siboro yang sama-sama datang dari Purba Sigulang Batu lalu merantau ke Bukit Lehu dan menikah dengan beru Manik puteri dari Raja Mandida Manik di Suak Pegagan.
Salah seorang keturunannya ada yang memiliki keahlian meramu obat sehingga dikenal juga dengan sebutan Datu Parulas dan menyumpit burung yang juga digelari dengan Pangultop. Dalam perburuannya, ia sampai ke Naga Mariah tanah ulayat marga Sinaga, di mana pada masa itu Tuan Naga Mariah tengah mendapat ancaman dari musuh yang datang dari Kerajaan Siantar, berkat bantuan si Girsang musuh dari Siantar dapat diatas.
Atas jasanya, Tuan Naga Mariah kemudian menikahkannya dengan puterinya dan menyerahkan kekuasaan padanya. Adapun penduduk asli tempat itu yaitu marga Sinaga banyak yang mengungsi ke Batu Karang dan menjadi marga Peranginangin Bangun.
Di tempat itu, Si Girsang kemudian mendirikan kampung Naga Saribu sebagai ibukota Kerajaan Silima Huta dengan menggabungkan lima kampung yaitu Rakutbesi, Dolog Panribuan, Saribu Jandi, Mardingding, dan Nagamariah.
Marga ini terbagi lagi menjadi Girsang Jabu Bolon, Girsang Na Godang, Girsang Parhara, Girsang Rumah Parik, dan Girsang Rumah Bolon. Sebagian keturunannya pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Gersang.
Adapun keturunan Purba Silangit ada juga yang menggabungkan diri dengan marga ini yang disebut dengan Girsang Silangit.
Komentar
Posting Komentar