Penyebaran Marga Girsang Keberbagai Daerah di Sumatera Utara
BAB VIII Dari Buku Tarombo Silsilah Marga Girsang Hasil Seminar Resmi PGBPI Oleh Tim Penulis Penulis Sejarah :
1. JUSTER GIRSANG
2. SIMSON GIRSANG
3. JANERSON GIRSANG
MASA PERSERAKAN MARGA GIRSANG KE BERBAGAI DAERAH LAINNYA
Pada masa akhir kekuasaan TUAN GUNTAR berkuasa di Nagasaribu terjadi bala kelaparan di Simalungun Atas. Terjadi masa sulit di Nagasaribu karena
hasil pertanian masyarakat tidak berhasilkarena terjadi musim kemarau yang panjang melanda Simalungun Atas. Penduduk menjadi cemas dan banyak penduduk pergi kelain tempat untuk mencari kehidupan. Pada musim inilah banyak marga Girsang meninggalkan daerah Silimakuta mencari tempat kedaerah lain agar terhindar dari bala Kelaparan. Lama kelamaan mereka menjadi kerasan tinggal diperantauan. Walau mereka hidup diperantauan tetap masih menunjukkan jati dirinya sebagai marga Girsang. Daerah perserakan marga Girsang pada waktu itu yaitu Tanah Karo dan daerah daratan Simalungun antara lain :
A. Leluhur marga Girsang di Pergendangen Tanah Karo.
Populasinya dewasa ini menunjukkan pekembangan yang besar yaitu marga marga Girsang di Tanah Karo menjadi Tarigan Girsang.
B.Leluhur Tuan Baja Purba Girsang, merantau ke Sinaksak (Siantar). Karena ketrampilannya diberikan jabatan PARBAPAAN” penasehat dikerajaan Siantar. Dewasa ini memang masih menggunakan Purba dibelakang namanya, tetapi masih tetap ditambahkan Girsang dibelakang marga Purba menjadi PURBA GIRSANG.
C. Leluhur Pendeta ANNER GIRSANG dan BRUSEL GIRSANG keturunan dari Oppu LITTA GIRSANG, menetap dikerajaan Pane (Purba Dasuha) di Sibuntuon, Doloksaribu. Sudah menjadi popparan yang besar.
D. Leluhur CELSIUS GIRSANG dan Drs. POLTAK GIRSANG di Bandung pindah ke Purbadolok berkembang didaerah ini menjadi keluarga besar Girsang. SimalungunPerantauan marga Girsang ke berbagai daerah di Tanah Karo dan Simalungun seperti diuraikan diatas, menjadi titik awal dari perkembangan GIRSANG sebagai MARGA yang besar dan tersebar luas. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa diluar kerajaan Silimakuta marga GIRSANG tersebut menunjukkan dirinya dalam marga lain sebagai marga induk, misalnya PURBA di Simalungun bawah dan TARIGAN di tanah Karo. Tapi perlu di ingat bahwa Girsang sebagai penunjuk keturunan tidaklah dihilangkan, seperti di Simalungun bawah memakai PURBGIRSANG, dan di Tanah Karo memakai TARIGAN GIRSANG. Hal ini dilakukan bukanlah karena disebabkan TAKUT atau MALU memakainya, tapi itu sebagai petunjuk bahwa yang bersangkutan adalah marga GIRSANG dan juga pada masa itu semata-mata disebabkan marga pendatang DIWAJIBKAN menyesuaikan marganya kedalam marga yang diakui di daerah setempat. Hal ini dilakukan agar dapat dihargai sebagai warga yang bersamaan hak dan kewajiban dengan warga lainnya yang ada di daerah tersebut. Suatu yang menguntungkan pada masa itu karena baik di Simalungun maupun di Tanah Karo bahwa GIRSANG memiliki marga yang serumpun yakni PURBA dan TARIGAN. Berbeda dengan marga lain seperti SILALAHI, SIHALOHO dan SITOPU yang pada masa kerajaan dulu di Simalungun menyesuaikan diri kedalam marga SINAGA. Tetapi setelah berakhirnya kekuasaan Raja-Raja mereka kembali ke asal marga masing-masing. Silalahi dan Sihaloho kedalam kesatuan marga Silalahi Sabungan. Sitopu kembali kedalam marga Sitepu dari Tanah Karo.
Komentar
Posting Komentar