Silalahi Dan Paropo
๐๐ฒ๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐ฎ๐ป ๐ช๐ถ๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ต ๐ฆ๐ถ๐น๐ฎ๐น๐ฎ๐ต๐ถ ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ฃ๐ฎ๐ฟ๐ผ๐ฝ๐ผ ๐ฑ๐ฎ๐น๐ฎ๐บ ๐๐ฎ๐ฝ๐ผ๐ฟ๐ฎ๐ป ๐. ๐๐ฎ๐ป ๐ฉ๐๐๐ฟ๐ฒ๐ป[ ๐๐ฒ๐ผ๐ฟ๐ฎ๐ป๐ด
๐๐ฒ๐๐ป๐ฎ๐ป ๐๐ป๐ณ๐ฎ๐ป๐๐ฒ๐ฟ๐ถ ๐๐ถ๐ป๐ฑ๐ถ๐ฎ ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐ป๐ฑ๐ฎ ]๐ง๐ฎ๐ต๐๐ป ๐ญ๐ต๐ฌ๐ด
Seperti telah disebutkan dalam pendahuluan, Silalahi dan Parรถpรถ adalah pemukiman yang didiami oleh pendatang dari Balige. Silalahi Saboengan adalah orang pertama yang menetap di sana. Ia menikah dengan seorang perempuan Pakpak dari Pegagan Pakpak bermarga Matanihari, bernama Si Pinggang, yang melahirkan tujuh orang anak laki-laki, yang kemudian menjadi leluhur dari marga-marga dan pemukiman di Silalahi dan Parรถpรถ. Nama-nama mereka masih dapat ditemukan pada desa-desa yang mereka dirikan dan pada marga-marga yang berkuasa di sana.
Dengan mencermati lebih dalam, tampak bahwa keturunan dari masing-masing leluhur tersebut secara bergantian menetap di Silalahi dan Parรถpรถ. Nama-nama kampung di wilayah itu juga masih menunjukkan nama-nama para leluhur tersebut. Keturunan Si Lรณhรณ, misalnya, tinggal di kampung Si Halรณhรณ, keturunan Si Toekir tinggal di kampung Si Toekir, dan seterusnya.
Meskipun ada hubungan kekerabatan yang sangat dekat, namun pertikaian merupakan hal yang lazim terjadi. Terutama karena sikap suka berperang dari Tuan Purba, yang berperang melawan Tuan Nagori di pesisir utara Danau (Toba), menjadi penyebab utama perpecahan besar ini. Di pihaknya, Tuan Purba didampingi oleh Ompu Raja Neis-Neis, sedangkan Ompu Raja Domu dan Ompu Raja Linang berpihak kepada Tuan Nagori. Ompu Raja Linang bahkan sampai memasuki wilayah Parรถpรถ.
Meskipun saat ini secara lahiriah terlihat bersatu dan berdamai, permusuhan lama tersebut masih ada dan tetap memengaruhi berbagai hal. Oleh karena itu, menurut saya, kedua wilayah iniโyang sebenarnya memiliki kerja sama yang baikโakan lebih baik dibiarkan tetap berdiri sendiri seperti dahulu, asalkan permusuhan dan kebiasaan lama diberantas secara tegas, dan tidak ada satu pihak yang diposisikan lebih rendah dari pihak lain.
Hal ini juga merupakan fenomena umum yang sering terjadi dalam sejarah berbagai bangsa. Dari suatu pemukiman induk, akan muncul kelompok-kelompok yang memisahkan diri karena pertikaian. Ketika mereka merasa cukup kuat, mereka sepenuhnya melepaskan diri dari kekuasaan pemukiman induk. Keadaan ini, yang sudah berlangsung selama 15 generasi, menurut saya tidak perlu diubah.
Karena itu saya menganggap perlu adanya kepala pertama dan kedua untuk Silalahi, serta kepala pertama dan kedua untuk Parรถpรถ. Hal ini saya pandang semuakin penting dalam kaitannya dengan pengaturan rapat-rapat adat. Kedua wilayah ini, yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Pegagan dan Kepas Pakpak melalui perkawinan, tetap mempertahankan kebiasaan Toba secara murni. Oleh karena itu, rapat adat mereka akan memutuskan perkara berdasarkan adat Toba. Dalam rapat adat Silalahi dan Parรถpรถ itu, keempat kepala tersebut dapat mengambil bagian sebagai anggota rapat.
Sumber bacaan :
Eerste Maatregelen in Pas Geannexeerd Gebied "
Komentar
Posting Komentar