Perjalanan Op Datu Parultop Dan Datu Parulas Bagian Dari Nenek Moyang Marga Girsang

Oleh JUSTER GIRSANG, SH.MH

A. Dasar Pemikiran
Pembangunan adalah suatu interval manusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam semesta secara fisik, maupun lingkungan social budaya. Serentak dengan lajunya pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan itu sendiri diantaranya terjadi perubahan sikap terhadap nilai nilai budaya yang sudah ada, yang seharusnya dilestarikan keberadaannya sebagai tatanan hidup dalam proses pembangunan menuju alam moderenisasi. Secara umum kebudayaan itu merupakan unsur kekuatan dalam proses pembangunan suatu bangsa dan sebagai filter terhadap arus masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita maupun penangkal pengaruh marga lain terhadap pendirian kita. Sehingga terbentuk watak dan indentitas diri kita selaku suku bangsa yang berbudaya, sudah barang tentu diperlukan pemahaman terhadap nilai nilai budaya warisan nenek moyang kita sendiri , sehingga generasi muda kita lebih percaya diri dan mampu mencerna nilai nilai budaya leluhurnya untuk dipertahankan serta melestarikannya.
Pemahaman terhadap TAROMBO (silsilah keluarga) sesuatu suku bangsa tidak lain guna menumbuhkan semangat kebersamaan dan keberanian moral untuk mempertahankan jati diri dengan nilai nilai budaya yang sudah ada sebagai warisan nenek moyang kita sendiri, sehingga kita mampu menolak nilai nilai yang tidak sesuai dengan warisan nenek moyang kita. Dengan pemahaman terhadap TAROMBO keluarga sendiri sudah barang tentu kita akan mampu meningkatkan harkat dan martabat suku bangsa kita sendiri sebagai komponen suku bangsa yang majemuk di Negara kita ini, dengan sikap hidup yang seimbang, serasi dan memiliki kepribadian yang teguh.



B. Latar belakang.
Perjalanan oppung Datu Parulas merupakan legenda sejarah nenek moyang MARGA GIRSANG pada zamannya dan secara turun temurun diwariskan oleh para leluhur kita terdahulu yang diyakini keberadaannya sampai sekarang . Di dalam legenda perjalanan nenek moyang kita masih ada kejadian-kejadian bersifat mitos, namun hal itu tidak mengurangi keberadaannya sebagai petualang (perantau) yang memiliki jati diri dengan garis keturunan yang jelas. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya TUGU MARGA GIRSANG di Lehu sebagai alat pemersatu dan sebagai bukti sejarah memperjelas asalu usul leluhur MARGA GIRSANG dari Lehu. Dengan keberadaan TUGU MARGA GIRSANG tersebut menjadi bukti sejarah bagi generasi berikutnya untuk tetap bersatu dalam wadah yang sama dalam satu kekerabatan yaitu MARGA GIRSANG.
Dengan menyadari permasalahan ini yang mendorong penulis memberikan pemahaman kepada generasi muda untuk lebih mengenal indentitas dirinya , supaya memahami arti peradaban (partuturan) sebagai perekat bagi marga GIRSANG atau terhadap orang orang suku Simalungun maupun terhadap suku suku marga Batak secara umum.
Beranjak dari pemahaman Tarombo nenek moyang sendiri sudah barang tentu menambah percaya diri bagi generasi muda untuk bergaul sesama muda mudi serta tetap pada koridor partuturan TOLU SAHUNDULAN LIMA SAODORAN ( sanina,Tondong, Boru + Tondong nitondong, Boru ni boru) dan tetap pada HABONARON DO BONA sebagai motto daerah Simalungun. Dengan prinsip : Sanina pangalapan riah, tondong pangalopan podah, Boru pangalopan gogoh dengan motto “ Pangkei Marsanina, Hormat Martondong, elek Marboru “ Sehingga generasi muda GIRSANG tetap pada pendiriannya dan tidak kehilangan arah sebagai generasi penerus. Seperti yang tertulis pada Yesaya 61:9 “ Keturunanmu akan terkenal diantara bangsa-bangsa, dan anak cucumu ditengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN”.
C. Cerita Perjalanan Datu Parultop dan Datu Parulas
Raja Somalate adalah keturuan dari Purba Sigulang Batu yang tinggal didaerah Bakkara wilayah Humbang pesisir Danau Toba. Raja Somalate semasa hidupnya dipanggil namanya TUAN RAJA DOLI artinya malu tua dan tiap tahun tampak seperti anak muda dan terkadang dipanggil namanya SITEA BULAN karena kekuatan ilmu bathinnya (hadatuonni) dan kepintaran ilmu bathinnya diperoleh dari Bertapa sedang kepintaran pencak silatnya berguru dari Harimau, sedangkan kepintaran ULTOP nya dari BUNIAN (mahluk halus) . Anak Raja Somalate ada dua orang anak kembar (silinduat) yang paling tua namanya DATU PARULTOP dan yang satu lagi DATU PARULAS. Kedua anak ini dari sejak kecil sudah dilatih ayahnya belajar ilmu kebatinan ,pencak silat dan marultop. Datu Parultop dan datu Parulas anak kembar yang tidak terpisahkan baik dibidang kepintarannya maupun kesaktiannya dan memanahnya (Mangultop). Semasa mereka berdua masih anak muda sudah sering diundang bertanding soal ilmu kebatian kedaerah lain dan Marultop selalu juara sehingga terkenal kehebatan mereka sekitar daerah Bakkara. Pada suatu hari mereka mendegar cerita dari penduduk sekitar bahwa ada ANDUHUR BOMBON (Burung Balam Putih) di sekitar ladang Partabuan Bakkara diatas pinggiran Danau Toba Bakkara, mendengar itu mereka berdua berniat mangultop burung Balam putih tersebut. Kemudian mereka berdua berangkat ke Ladang Partabuan, tidak berapa lama mereka diladang itu Anduhur BOMBON itu nampak hinggap didahan kayu, lalu mereka berdua sama sama mangultop kearah Anduhur Bombon itu dan kedua anak panah mereka mengenai Anduhur Bombon itu, akan tetapi Anduhur Bombon itu tidak jatuh dan tidak merasakan anak panah mereka, malah Anduhur Bombon itu terbang kearah Timur Bakkara.
Lalu dibilang Juara Parultop kepada adeknya Datu Parulas : “ Kenapa bisa kek gitu dek, sedangkan Lalat maupun Capung yang terbang bisa dapat kita panah, ini sudah dua mata anak panah mengenai dada Anduhur Bombon itu tetapi tidak mempan ? “ Lalu dijawab Datu Parulas : ” Bah ! Saya pun bingung melihat kejadian ini, Mungkin Anduhur ini mau mempermalukan kita “ kata Datu Parulas menjawab abangnya. “ Menurut pendapat saya “ kata Datu Parulas : “ Harus kita dapat Anduhur Bombon itu, biar kita buat jadi lauk, kita harus cabut nyawanya karena burung itu sudah melecehkan kesaktian kita “ Kemudian mereka berdua pergi mengikuti arah burung Bombon itu terbang, dan mereka berdua selalu menemui Anduhur Bombom itu, tetapi belum sempat di Ultop sudah terbang lagi. Setelah tiga hari dua malam mereka mengikuti jejak Anduhur Bombom itu mereka sampai dikampung Sabulan. Namun mereka berdua masih berniat memburu Anduhur Bombon itu, namun tidak nampak lagi. Kemudian dibilang Juara Parultop kepada Adeknya Datu Parulas : “ Bagaimana ? Balik lah kita dek, biarkan aja Anduhur Bombon itu pergi , nanti kecarian bapak kita dikampung, kita tunggu beberapa hari lagi baru kita kembali buru lagi “ lalu dijawab adek Datu Parulas : ” Buat apa kita tergesa gesa kita pulang, istrahatlah dulu dikampung ini, sambil makan ikan si Sabulan, karena Ikan Sisabulan terasa lain enaknya ikan dari daerah lain “ mereka pun istrahat dikampung itu sambil menikmati ikan Sisabulan. Pada suatu malam Datu Parulas bermimpi, bahwa ayah mereka Raja Somalate telah meninggal dunia, dan didalam mimpinya bahwa ayah mereka memberkati perjalanan mereka berdua kemanapun mereka berdua pergi. Setelah mereka terbangun Datu Parulas menceritakan mimpinya kepada abangnya , kemudian mereka membaca hari hari Batak berdasarkan ilmu kebatinan atas mimpi tersebut dan hasilnya membenarkan bahwa orangtua mereka Raja Somalate benar benar sudah meninggal dunia.
Kemudian mereka berdua sepakat tidak kembali lagi kekampung, dari tempat itu jugalah mereka pergi menjelajah mencari Burung Balam Putih itu (anduhur Bombon). Lalu dibilang Datu Parulas lah sama abangnya Datu Parultop : “ Begini bang, Lebih baiklah kita berpisah disini, jika kau kekanan aku kekiri, jika kau kearah hulu aku kearah kawah “ lalu dijawab abangnya Datu Parultop : “ Baguslah dek ! Baik yang kau bilang itu asal diantara kita tidak ada saling sakit hati, aku setuju yang kau bilang itu, jadi siapakah kita kearah utara dan siapa yang kearah selatan” lalu dijawab Datu Parulas abangnya : “ Bagaimana kalau begini kita buat caranya , Ultopkan ultop mu ke arah atas, setelah jatuh kita lihat mata ultop itu , jika kemana arah mata ultopmu kesitulah arah jalanmu, dan kemana pangkal ultop itu kesitulah arah jalan ku “ lantas dijawab Datu Parultop :” Baguslah idemu itu dek, maka setiap untuk menentukan arah perjalan kita masing-masing , kita buatlah seperti itu, semoga kita sehat sehat diperjalanan masing-masing ” kemudian dijawab Datu Parulas : ” Bagus begitu bang “ . Tidak berapa lama Datu Parultop mengarahkan Ultopnya ke atas setelah ditiup anak panahnya jatuh ketanah mereka berdua sama-sama menyaksikan arah mata dan pangkal ultop itu guna menentukan arah perjalanan mereka masing masing. Habis itu mereka berdua berpelukan sambil cium pipi kanan kiri dengan penuh haru yang tidak pernah pisah harus berpisah. Selesai berpelukan DATU PARULTOP berjalan kearah TAMBA dan perjalanan DATU PARULAS kearah JANJI RAJA.
D. Perjalanan Datu Parultop
Kemudian DATU PARULTOP menelusuri perjalanannya kearah negeri Tamba, di negeri Datu Parultop memperlihatkan kebolehan kesaktian dan memanah dengan Ultopnya. Di negeri Tamba ia kawin dengan anak setempat dan lahir anaknya dibuat namanya PURBA TAMBAK itulah asal usul marga PURBA TAMBAK dari TAMBA.
Kemudian tidak berapa lama DATU PARULTOP teringat kembali terhadap anduhur Bombon yang dicari itu lantas diarahkannya Ultopnya ke atas untuk menentukan arah perjalanan selanjutnya. Selesai ditiupnya Ultopnya anak ultop jatuh ketanah dan melihat arah yang dituju mata ultopnya kearah Bukkit Karo lalu DATU PARULTOP berangkat menuju BUKKIT KARO. Di Negeri Bukkit Karo Datu Parultop pun memperlihatkan kebolehan kesaktian dan kebolehan Ultopnya, dan iapun kawin dengan wanita setempat anaknya lahir dan dibuat anaknya bernama TARIGAN, itulah asal usul marga TARIGAN yang berasal dari Bukkit Karo.
Kemudian teringat kembali DATU PARULTOP janjinya dengan adeknya DATU PARULAS memburu Anduhur Bonbon itu, lalu Datu Parultop meniupkan ultopnya kearah langit lalu anak panahnya jatuh ketanah dilihatnya arah mata panahnya menuju TUNTUNG BATU sebagai arah perjalanan yang mau dituju Datu Parultop. Setelah Datu Parultop berangkat menuju negeri Tuntung Batu disana juga memperlihatkan kebolehannya mengenai kesaktian dan Marultop. Di Negeri Tuntung Batu Datu Parultop kawin lahir anaknya dibuat bernama PURBA. Itulah asal usul marga PURBA yang di Tuntung Batu.
E. Perjalanan Datu Parulas
Sewaktu mereka berpisah Datu Parultop berangkat menuju negeri Tamba, sedangkan Datu Parulas berangkat menuju negeri Janji Raja. Sesampainya Datu Parulas di Negeri Janji Raja dia berdiri dikampung RAPUSAN dipinggir danau Toba sambil memandang kearah Pulau Samosir. Sewaktu dia asik memandang kearah danau dia melihat Anduhur Bombon terbang menuju kearah HARIAN SAMOSIR kemudian Datu Parulas dengan sigap berangkat menuju arah terbangnya anduhur Bombon itu. Kemudian Datu Parulas melihat Anduhur Bonbom itu hinggap diatas batu keramat yang bernama NAMARTUA BATARA GURU yang berada di danau Harian. Kemudian Datu Parulas secara perlahan-lahan mendekati batu tersebut karena berniat menangkap Anduhur Bonbon itu, namun setelah dekat Anduhur Bonbon itu kabur terbang. Datu Parulas pun merasa kesal karena tidak mengultop Anduhur Bonbon itu dengan Ultopnya. Karena rasa kesal datu Parulas duduk diatas batu keramat itu, kemudian sewaktu anak perempuan raja setempat hendak mengambil air minum melihat ada orang yang duduk diatas batu keramat itu, anak raja pun bingung melihat bisa orang duduk diatas batu itu, yang tidak pernah orang berani duduk diatas batu itu, karena setiap orang ada diatas batu tersebut pasti bahaya. Oleh karena itu anak raja pulang kerumah dan memberitahu kepada sang Raja tentang orang tersebut. Tidak berapa lama lintas nelayan penangkap ikan dekat batu itu dan bingung melihat ada orang bisa duduk diatas batu itu tidak bahaya, lantas kedua nelayan itu merapatkan sampan/solunya ke dekat Batu itu, lantas menyapa Datu Parulas apakah manusia atau setan, lalu dijawab oleh Datu Parulas bahwa dia adalah manusia. Setelah mereka bahwa orang yang duduk diatas batu itu adalah manusia, maka kedua nelayan itu memutar arah solunya ke pantai dan pergi memberitahukan kejadian itu ke sang Raja Harian. Kemudian Datu Parulas dibujuk ke rumah sang Raja Harian, karena dianggap orang itu tidak orang sembarangan dan selama di Harian Datu Parulas sebagai penasehat perang Raja dan diberikan tanah untuk Datu Parulas.
Tidak berapa lama kemudian Datu Parulas teringat dengan Ultopnya dan memburu anduhur Bombon itu, lalu ditiupkannya ultopnya kearah atas untuk menentukan arah perjalanan selanjutnya, setelah anak ultopnya jatuh ditanah dilihatnya pangkal ultopnya menuju arah LEHU Pegagan Hilir , lantas datu Parulas berangkat menuju negeri LEHU. Di kampung Bukkit LEHU Kecamatan pegagan hilir Kabupaten Dairi. Pada masa itu penduduk setempat pada resah karena Babi hutan berantai mengamuk, dan siapapun tidak bisa membunuh Babi Hutan tersebut karena kebal, ditombak pun tidak mempan, malah Babi Hutan semakin beringas menyerang penduduk setempat. Lantas Datu Parulas menenangkan penduduk setempat biar jangan khwatir terhadap keganasan Babi hutan berantai tersebut, lalu Raja setempat berjanji kepada Datu Parulas akan didaulati menjadi raja kedua di daerah setempat, jika Datu Parulas bisa membunuh Babi Hutan berantai itu, lalu Datu Parulas menyatakan kesiapannya membubuh Babi Hutan itu dengan Ultopnya. Setelah dua hari Datu Parulas meminta Sirih satu atup, bersama-sama beberapa pemuda diajak menyaksikannya, lalu Datu Parulas memanah Babi Hutan itu dengan ultopnya dan kena tergelepar gelepar hingga Babi Hutan itu mati, lantas kepala Babi Hutan itu dipenggal oleh Datu Parulas untuk diserahkan kepada Raja setempat, dan penduduk setempat pun bersorak sorak karena merasa puas Babi Hutan berantai itu sudah mati terbunuh. Tidak berapa lama Datu Parulas kawin dengan boru MANIK lahir anaknya dibuatlah namanya GIRSANG itulah asal mulanya adanya marga GIRSANG dari Lehu, anaknya si Girsang tiga orang yaitu Nomor satu DATU BALUTAN GIRSANG merantau ke Nagasaribu Silimakuta, Nomor dua OPPUNG LOMIT GIRSANG tinggal di Lehu, Nomor tiga OPPUNG SILANGIT GIRSANG merantau ke Tanah Karo sering disebut marga TARIGAN GERNENG.
Kemudian Datu Parulas teringat kembali dengan janji dengan abangnya Juara Parultop untuk memburu Anduhur Bombon itu, lalu Datu Parulas meniup ultopnya kearah langit untuk menentukan arah perjalanannya, setelah anak ultopnya jatuh ditanah pangkal anak ultopnya mengarah ke arah Pangururan, lalu Datu Parulas berniat berangkat ke Negeri Pangururan sesuai dengan arah pangkal yang ditunjuk anak ultopnya, niatnya pun diberitahukan kepada istrinya br Manik bahwa Datu Parulas mau berangkat merantau kenegeri orang lalu Datu Parulas berangkat menuju Negeri Pangururan. Setelah sampai di daerah Pangururan pada masa itu Datu Parulas menemukan orang orang ditempat sedang bersedih karena menurut penduduk setempat Ular Naga sedang mengamuk didaerah itu , semua sawah ladang kampung mereka luluh lantak dibuat longsor berantakan karena Ular Naga sedang lintas diperkampungan mereka ( sebenarnya itu Gempa bumi) Pada saat itu sudah ada pengumuman dari Raja bahwa siapa yang bisa menenangkan Ular Naga itu dia akan diangkat jadi Raja kedua dan diberikan separoh tanah daerah kerajaannya. Kemudian Datu Parulas menemui Raja setempat dan membuat kesepakatan, dan datu Parulas berjanji pada bulan ketiga Ular Naga itu akan dibinasakan oleh Datu Parulas. Tepat pada bulan ketiga janji itu dipenuhi oleh Datu Parulas menenangkan Ular Naga itu dan penduduk setempat merasakan tidak lagi ada lagi sawah ladang yang longsor dan daerah itu pun aman dari kehancuran akibat longsor, kemudian Rajapun memenuhi janjinya dan diberikan separoh wilayah kerajaan kepada Datu Parulas di daerah Sagala dan didaerah itu Datu Parulas kawin dan lahir anaknya dibuat bernama SIBORO berasal usul dari situlah marga SIBORO jika ditanah karo di sebut marga CIBERO.
Tidak berapa lama kembali Datu Parulas teringat pada janji dengan abangnya memburu Anduruh Bonbon itu, kemudian Datu Parulas meniup ultopnya kearah atas untuk menentukan arah perjalanannya. Setelah ultopnya ditiupnya kaarah atas lalu anak ultop jatuh ketanah dengan pangkalnya menuju arah daerah Simalungun Atas. Kemudian ia berpamit kepada istrinya bahwa ia akan berangkat merantau ke negeri Simalungun. Selama di negeri Simalungun Datu Parulas mengajarkan ILMU PODA TUR (Pengobatan Tanpa Mantra). Dinegeri Simalungun Atas Datu Parulas kawin dan anaknya lahir di buat namanya PURBA nama ini mengingatkan kembali marga nenek moyangnya itulah marga PURBA yang ada di Simalungun Atas.
Pada suatu hari Datu Parulas melihat Anduhur Bombon itu melintas terbang diatas kepalanya lantas ia pun mengintai dan mengikuti arah perjalanan Anduhur Bombon itu, dan tidak terasa Datu Parulas sudah sampai di daerah Perdagangan. Pada saat datang hujan deras bersama angin puting beliung, Datu Parulas pergi berlindung ke dalam lobang Kayu Attualang yang berlobang, lantas dia kembali bertapa didalam liang kayu tersebut hingga meninggal dunia dilobang tersebut. Itulah tempat monyet KERAMAT PERDAGANGAN sekarang.
TAROMBO MARGA GIRSANG
TOGA SIMAMORA memperanakkan tiga orang :
- TOGA PURBA
- TOGA MANALU dan
- TOGA DEBATARAJA
TOGA PURBA
Memperanakkan :
1. Si Raja PURBA PANTOM HOBOL
2. Si Raja PURBA PARHORBO (keturunan dari Parhorbo yaitu OP. BADIPORHAS dan OP.RAJA SIHODA merantau ke daerah Simalungun)
3. Si Raja PURBA SIGULANG BATU ( hasusuran Girsang)
RAJA PURBA SIGULANGBATU meperanakkan 2 (dua) orang :
1. PARTALI GANJANG
2. GURU SOTANGGUON
Anak GURU SOTANGGUON ada 2 orang :
1. SOMALATE (hasusuran Girsang)
2. DATU RAJIM ( Purba Sigulang Batu yang ada di Bakkara)
Anak SOMALATE ada 2 (dua) orang:
1. JUARO PARULTOP
2. DATU PARULAS
Catatan : Sesuai Tarombo bahwa Juaro Parultop dan Datu Parulas merupakan anak kembar (silinduat).
JUARO PARULTOP memperanakkan 3 orang :
1. PURBA TAMBAK
2. TARIGAN ( di Tanah Karo)
3. PURBA TUNTUNG BATU
DATU PARULAS memperanakkan 3 orang :
1. GIRSANG
2. SIBORO
3. PURBA di Simalungun.
GIRSANG memperanakkan tiga orang :
1. Datu Balutan ( di Naga Saribu Silimakuta)
2. Op LOMIT ( tinggal di Bukkit Lehu Pegagan Hilir Dairi )
3. Op SILANGIT ( di Tanah Karo)
DATU BALUTAN memperanakkan 5 orang :
1. LINTA GIRSANG di Dolok Saribu
2. DORAN GIRSANG/Tuan Hobol di Saribudolok
3. BINANGA (SITARA) di Tanah Karo
4. RABAYAK (TUAN HARA) di Bage
5. DINDING (Tuan Panjang) di Nagasaribu (Partuanan) dan Parkahu kahu (Dolok Paribuan)
LINTA GIRSANG anaknya ada 5 orang :
1. OP DOLIM keturuannya pindah ke daerah Bagaduh, Ambarisan, Sipoldas dan Bah Bolon
2. RASOIN GIRSANG di Sondiraya
3. Op HUTA GIRSANG di Dolok Batu Nanggar Sinaksak dan Sidamanik
4. Op JAUDIN GIRSANG di Pulian dan Sinaman
5. OP RAJAH GIRSANG di Dolok Saribu
OPPUNG DINDING ( TUAN PANJANG) di Nagasaribu tercatat anaknya 6 yaitu:
1. SULIAN NABOLON GIRSANG di Ujung Saribu
2. OPPU UGUP GIRSANG di Nagamaria
3. OPPU SUNSANG GIRSANG di Nagabosar
4. OPPU ADANG GIRSANG di Bangunsaribu
5. OPPU AJAK GIRSANG di Seribudolok
6. OPPU DUNDUNG GIRSANG (Guntar) istrinya 16 di Nagasaribu.
Catatan : Generasi oppung yang belum tersusun all:
1. Oppung Datu Gumul Pangultop han Lehu
2. Oppung PARKAHU KAHU han Dolok Paribuan
3. Oppung Tuan Panjang han Saribudolok
4. Oppung Ajak han Saribudolok
5. Oppung RABAYAK Tuan HARA han Bage
MARI KITA BANGUN SATUKAN PRESEPSI DAN SALING MELENGKAPI/MENYEMPURNAKAN PADEAR HITA MARGA GIRSANG ON DEMI UNTUK GENERASI KITA.
Daftar Pustaka :
1. Group Parroha Sian Purba fb http:/www.facebook.com/posted.php?id
2. Pdt.Juandaha Raya.P. Dasuha Sth, SIB tgl 22 Oktober 2010 Perekat
Indentitas Simalungun
3. Blog Girsang Partopi Tao Boston Girsang (kumpuldata)
4. Tarombo dan Silsilah Purba Tondang tanggal 22 Juli 2010 oleh Jonny
Tondang dengan dukungan Lembaga silsilah Indonesia yang diketuai
oleh Prof.DR.BA Simanjuntak (Unimed)
5. Brosur Partangiangan Appangadum Purba Sigulangbatu tanggal 31
Juli 1965 di Julu Sigulangbatu Bakkara.
6. Refleksi Habonaran do Bona dalam Adat Simalungun oleh St.Drs.
Japiten Sumbayak 21 Pebruari

Komentar

POPULER POST

SILSILAH GIRSANG

SILSILAH TOGA SIMAMORA BERBAGAI VERSI

PINAR SIMALUNGUN

Patuturan Dalam Ke Kerabatan Suku Simalungun

TAROMBO MARGA GIRSANG

GIRSANG Vs LUMBAN TORUAN HARIARA

SEJARAH LAHIRNYA MARGA TARIGAN

Umpasa Namarpariban

PESTA TUGU GIRSANG 2017

Radja Radja Simalungun