Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Kehidupan Oppung Tuan Panjang GIrsang Di Tanah Simalungun Tahun 1770

Pada masa itu kehidupan di Simalungun Atas belum banyak di huni oleh manusia, masih hutan belantara yang sulit dilalui manusia, Padang Ilalang, dan tumbuhan liar menutupi seluruh permukaan bumi, demikian juga binatang liar seperti Harimau, babi hutan,Gajah dan Rusa masih bebas berkeliaran.

Pengantar Sejarah Tuan Lobe Girsang Di Ujung Saribu

 Sudah lama berkehendak mengabadikan sejarah marga Girsang dari Lehu ke Nagasaribu dan khususnya keturunan Tuan Lobe, yang selama ini lebih banyak orang diluar marga Girsang menulis tentang sejarah atau cerita tentang marga Girsang, sehingga apapun yang diceritakan diluar marga Girsang seolah olah cerita itu benar karena tidak ada yang menyela atau yang membantah maupun menolak ketidak benaran sejarah atau cerita tersebut, sehingga terjadi kontraversi dikalangan marga Girsang itu sendiri, karena tidak sesuai dengan pendekatan hikayat yang ada dan runutan sejarah yang sebenarnya, sehingga pendapat demikian itu di naifkan. Keinginan untuk menulis buku ini merupakan pengharapan kepada pembaca khususnya generasi marga Girsang biar dapat memahami sejarah dan perjuangan nenek moyang marga Girsang di masa lalu.Dengan tersusunnya buku ini adalah merupakan kumpulan dari fakta fakta sejarah dari berbagai rangkaian masa kemasa dan peristiwa dalam kehidupan nenek moyang kita, tentu banyak manfaat

Kerajaan Nagamariah Berganti Menjadi Kerajaan Silimahuta

Gambar
Setelah Raja Nagamariah (Marga Sinaga) meninggal dunia mertua dari Op Datu Balutan Girsang, maka kerajaan Nagamariah diambil alih oleh datu Balutan Girsang dinobatkan menjadi Raja dan mengganti nama sebutan kerajaan menjadi kerajaan Silimahuta membawahi Rakut Besi, Dolok Paribuan, Saribujandi, Mardingding dan Nagamariah dengan ibukotanya Nagasaribu. Catatan sejarah : Sewaktu peralihan kekuasaan kerajaan Nagamariah dari marga Sinaga ke Op Datu balutan Girsang menjadi kerajaan Silimahuta ibukotanya Nagasaribu (Rakutbesi, Dolok Paribuan, Saribudjandi, Mardinding, Nagamariah) yang mana bermarga Sinaga merasa terusir dari Nagamariah dan sebahagian keturunan Sinaga yang tinggal di Nagamariah pindah ke Batu Karang Tanah Karo menjadi marga Peranginangin, sebahagian pindah ke Tanah Jawa Simalungun yang sebahagian lagi pindah ke Sipangan Bolon Parapat. Kampung Sipangan bolon tersebut adalah kampung marga Sinaga yang pindah dari Nagamariah karena mereka merasa kecewa terhadap perbuatan menantunya

Perjalanan Datu Balutan Girsang Ke Nagasaribu Tanah Simalungun

Gambar
Anak Datu Parulas si Raja Ursa yang paling besar adalah DATU BALUTAN GIRSANG setelah dewasa kawin dengan paribannya Boru MANIK memperoleh satu orang anak yang diberi nama BAYAK LEKU GIRSANG sebagai Leluhur marga Girsang yang tinggal di Pakpak Bukit Leku Pegagan Hilir Kabupaten Dairi. (Sumber Ir.Simson Girsang)Pada suatu hari si DATU BALUTAN GIRSANG pergi berburu Burung Sinanggordaha bersama dua ekorAnjingnya mengikuti buruannya hingga sampai di Tanduk Banua Sipiso piso di Tanah Simalungun di sini dia kehilangan jejak, tetapi Datu Balutan Girsang menemukan se-ekor Kerbau putih (Horbo jagat) dimana dia menduga bahwa ia sedang berada disebuah perkampungan. Gambar  Gunung (Dolok) Sipiso-piso, pertama kali Op Datu Balutan Girsang tiba di kaki gunung Sipiso-piso daerah Tanduk Banua Nagasaribu Kab. Simalungun .

Perjalanan Datu Parulas Parultop Ke Huta Harian Nainggolan

Gambar
Sewaktu Datu Parulas Parultop berdiri di atas salah satu bukit di Sagala melihat Burung Balam Putih itu terbang rendah dihadapan Datu Parulas Parultop dan sewaktu mau diultop terbang kearah pulau Samosir, lalu Datu Parulas Parultop bergegas kearah burung itu terbang, sesampainya Datu Parulas Parultop di Negeri Janji Raja dia berdiri dikampung RAPUSAN dipinggir danau Toba sambil memandang kearah Pulau Samosir Sewaktu dia asik memandang kearah danau dia melihat Anduhur Bombon itu Terbang menuju kearah HARIAN SAMOSIR kemudian Datu Parulas dengan sigap berangkat menuju arah terbangnya anduhur Bombon itu. Kemudian Datu Parulas Parultop melihat Anduhur Bonbom itu hinggap di atas batu keramat yang bernama NAMARTUA BATARA GURU yang berada di danau Harian. 

Perjalanan Datu Parultop Si Raja Langit Dan Datu Parulas Si Raja Ursa Leluhur Marga Girsang Part 2

Gambar
Anak Raja Somalate panggilan GURU TENTANG NIAJI ada dua orang anak kembar (silinduat) yang paling tua namanya DATU PARULTOP-ULTOP yang juga dipanggil RAJA LANGIT dan yang satu lagi nama DATU PARULAS PARULTOP yang juga dipanggil RAJA URSA leluhur marga GIRSANG.Sewaktu mereka berdua berpisah DATU PARULAS PARULTOP berangkat menuju arah Pegagan Hilir Bukkit Lehu dan setibanya Datu Parulas si Raja Ursa di kampung Bukkit Lehu pada masa itu penduduk setempat pada resah akibat babi hutan berantai mengamuk, dan siapapun tidak bisa membunuh babi hutan tersebut karena kebal, ditombak pun tidak mempan, malah babi hutan semakin beringas menyerang penduduk setempat. Lantas Datu Parulas Parultop menenangkan penduduk setempat bi mereka jangan khawatir terhadap keganasan babi hutan berantai tersebut dapat diatasi, lalu Raja setempat RAJA MADINDA MANIK berjanji kepada Datu Parulas Parultop akan didaulati menjadi raja kedua di daerah setempat, jika Datu Parulas Parultop bisa membunuh Babi hutan berantai