Perjalanan Datu Parultop Si Raja Langit Dan Datu Parulas Si Raja Ursa Leluhur Marga Girsang Part 2


Anak Raja Somalate panggilan GURU TENTANG NIAJI ada dua orang anak kembar (silinduat) yang paling tua namanya DATU PARULTOP-ULTOP yang juga dipanggil RAJA LANGIT dan yang satu lagi nama DATU PARULAS PARULTOP yang juga dipanggil RAJA URSA leluhur marga GIRSANG.Sewaktu mereka berdua berpisah DATU PARULAS PARULTOP berangkat menuju arah Pegagan Hilir Bukkit Lehu dan setibanya Datu Parulas si Raja Ursa di kampung Bukkit Lehu pada masa itu penduduk setempat pada resah akibat babi hutan berantai mengamuk, dan siapapun tidak bisa membunuh babi hutan tersebut karena kebal, ditombak pun tidak mempan, malah babi hutan semakin beringas menyerang penduduk setempat. Lantas Datu Parulas Parultop menenangkan penduduk setempat bi mereka jangan khawatir terhadap keganasan babi hutan berantai tersebut dapat diatasi, lalu Raja setempat RAJA MADINDA MANIK berjanji kepada Datu Parulas Parultop akan didaulati menjadi raja kedua di daerah setempat, jika Datu Parulas Parultop bisa membunuh Babi hutan berantai 

itu, lalu Datu Parulas Parultop menyatakan kesiapannya 

membunuh babi hutan itu dengan Ultopnya. Setelah dua hari Datu Parulas Parultop meminta Sirih satu atup dan bersama-sama beberapa pemuda diajak menyaksikannya, lalu Datu Parulas Parultop pergi mangultop babi hutan itu dengan ultopnya dan kena tergelepar-gelepar hingga babi hutan itu mati, lantas kepala babi hutan itu dipenggal oleh Datu Parulas Parultop untuk diserahkan kepada Raja setempat, lantas penduduk setempat pun bersorak-sorakkarena merasa puas babi hutan berantai itu sudah mati terbunuh. Tidak berapa lama Datu Parulas Parultop kawin dengan boru MANIK anak dari RAJA MADINDA MANIK Kepala Suak Bukit Lehu dan oleh Raja Madinda Manik memenuhi janjinya memberi Gajah maratah tanah perkampungan kepada Datu Parulas Parultop dan keturunannyan di LEHU. Datu Parulas Parultop anaknya lahir balutan (bulat seperti bola kaki) diberi namanya DATU BALUTAN GIRSANG sebagai asal mula marga GIRSANG dari Bukkit Lehu Pengagan Hilir Kabupaten Dairi.Setelah Datu Balutan Girsang dewasa kawin dengan paribannya boru MANIK anaknya satu orang diberi nama BAYAK LEKU GIRSANG sebagai leluhur marga Girsang yang ditinggal di Bukkit Lehu Pegagan Hilir Kabupaten Dairi. (Sumber Ir.Simson Girsang). Pada suatu hari Op DATU BALUTAN GIRSANG pergi meninggalkan Bukit Lehu berburu bersama dua ekor anjingnya mengikuti jejak buruannya sampai ke Tanduk Banua lereng gunung Sipiso-piso daerah Simalungun, di lereng gunung itu menemukan se ekor Kerbau sijagat dalam benak DATU BALUTAN GIRSANG mereka sudah berada dekat perkampungan dan untuk mengetahui lokasi kampung terdekat maka DATU BALUTAN GIRSANGbersama anjinggnya mendaki lereng gunung. Pada saat ituDATU BALUTAN GIRSANG sangat lapar dan haus meminumtetesan air dari dedaunan , dan disekitar hutan itu menemukan tumbuhan Cendawan warna merah dan putih, lantas memetik cendawan merah lalu diberi dimakan anjingnya namun anjing pingsan hampir mati, lalu segera ia memberi cendawan putih untuk dimakan membuat anjingnya kembali sehat seperti semula, sehingga dari kejadian itu DATU BALUTAN GIRSANG memperoleh pemahaman bahwa Cendawan Merah adalah racun dan cendawan putih adalah penawar. Kemudian dari lereng gunung itu DATU BALUTAN GIRSANG telah dapat melihat perkampungan terdekat yaitu kampung Nagamariah sekarang kampung Nagasaribu.Dengan penemuan Cendawan ini akhirnya membawa keberuntungan bagi DATU BALUTAN GIRSANG, dengan menggunakan cendawan merah tersebut mampu mengalahkan seluruh musuh Raja Tuan Nagamariah yang datang dari Siantar, sebagai hadiah dari raja diberi anak perempuannya untuk dinikahi oleh DATU BALUTANGIRSANG. Dari perkawinanya dengan boru Sinaga dikaruniai 4 (empat) orang anak , dan dari istri kedua boru Sinaga juga dikaruniai 2 (dua) orang anak berjumlah 6 (enam) orang sebagai leluhur marga GIRSANG dari Nagasaribu.Tim Sejarah mengumpulkan Tokoh-tokoh marga Girsang maupun Tokoh marga Manik di Bukit Lehu makan bersama di lokasi Tugu Girsang serta wawancara langsung mengenai sejarah asal usul marga GIRSANGCatatan sejarah : Kisah kelahiran si Girsang si Datu Balutan menjadi bersimbol tanduk Rusa adalah sebagai berikut : Lahir Oppung Girsang panggilan namanya Datu Balutan disebabkan kelahiran si Girsang tidak lazim (marbalutan) bulat seperti bola kaki tidak seperti biasa kelahiran seorang bayi, sehingga timbul berbagai tanggapan dikalangan para penatua-penatua tempat kelahiran oppung kita Girsang di Lehu terjadi berbagai pendapat. Sebagian para orangtua setempat berpendapat kelahiran bayi seperti itu adalah anak panunda (pembawa bala) ada juga mengatakan anak keramat, ada sebahagian berpendapat bahwa kelahiran bayi seperti akan membawa musibah atau wabah penyakit bagi kampung tempat kelahiraan bayi tersebut dan untuk mencegah semua itu tidak terjadi, timbul usul dari pengetua setempat agar anak bayi tersebut harus dibunuh atau dibuang. Oleh karena itu ibu yang melahirkannya merasa gusar mendengar keputusan pengetua-pengetua kampung setempat dan tidak tega membunuh bayinya maka secara diam-diam ibunya oppung Boru Manik membawa bulatan yang dilahirkannya itu ke gubuk perlandangannya yang berada jauh di pinggiran kampung tersebut dan meletakkan bulatan itu dibawah gubuk pinggiran hutan dengan rasa sedih si ibu kembali pulang ke kampung, namun dibalik kesedihannya si ibu bertekad akan datang setiap saat melihat kondisi bayi yang terlahir berbentuk bola tersebut.




Setelah beberapa hari ibu bayi itu (boru Manik) datang mengintip kondisi bayinya tersebut setelah mendekati lokasi tempat bayi itu alangkah si ibu terkejut melihat balutan bayi itu sudah pecah dijilati oleh seekor Rusa dan bayi itu sedang disusui oleh Rusa tersebut. Melihat itu si ibu secepatnya kembali dan memberitahukan kejadian itu kepada suaminya Datu Parulas Parultop kemudian secarabersama-sama mereka melihat kejadian itu, dan mereka berdua sepakat setiap saat akan datang melihatperkembangan bayi itu dan membawanya pulang ke rumah. Ditempat itu Rusa memakan daun Motung yang ada disekitar hutan itu (Daun motong merupakan tanaman liar berdaun lebar sebelah atas warna hijau dan bawahnya warna putih sering dibuat sebagai pembungkus Tape, maka bagi marga Girsang dilarang makan Tape yang dibungkus dari daun Motung) kalau dilanggar bisa mendapat penyakit kudis. Baru setelah kondisi aman lupa dari ingatan orang kampung lalu anak itu dibawa pulang ke rumah oleh Datu Parulas Parultop. Sejak kecil Datu Parulas Parultop telah melatih anaknya berbagai ilmu kebatinan, mangultop dan cara berburu di hutan, dan diberi nama DATU BALUTAN GIRSANG sebagai asal usul mulai adanya marga GIRSANG, di Bukit Lehu berlambang Rusa. Sumber : Dari Tokoh marga Girsang dan Tokoh marga Manik yang tinggal di Lehu.

1. PERJALANAN DATU PARULAS PARULTOP KE SAGALA
Setelah lahir anak DatuParulas Parultop bulat seperti bola diberi nama DATUBALUTAN GIRSANG karena lahirbulat seperti bola, sebagai asal mula adanyamarga GIRSANG, namun tiak berapa lama Datu Parulas Parultop teringat janji dengan abangnya Pangultop-ultop mau mencari burung balam putih itu lalu untuk menentukan arah perjalannya Datu Parulas Parultop meniupkan Ultopnya ke arah atas untuk melihat petunjuk arah yang akan dituju. Datu Parulas Parultop menuju arah perjalannya ke arah Timur, dan selama dalam perjalan hingga berminggu minggu dihutan belantara singgahdisebuahkampung Horison Simaung-maung, disana ia bertemu dengan bermarga PURBA DASUHA dianggapnya sebagai saudara sesama marga Purba. Kemudian Datu Parulas Parultop memberitahu maksudnya akan menuju Negeri Sagala asal usul orang Batak di Sianjur Mula mula. Sebelum pergi ia menitip pesan kepada saudaranya yang bermarga 
PURBA DASUHA sambil ia meninggalkan sebuah Tawar (Obat) dengan pesan jika Bunga yang dihalaman rumahmu 
ini layu berarti Datu Parulas Parultop dalam bahaya. Jika Bunga itu mati maka ia juga mati agar PURBA DASUHA datang menolongnya membawa Tawar itu ke Sagala yaitu Tawar Sipangabang-abang, sipangubung-ubung, sipangolu 
naung mate siparata naung busuk. Yang artinya Obat Sipangabang-abang, Sipangubung-ubung, menghidupkan 
yang sudah mati dan menyegarkan yang sudah busuk.
Di perjalanan menuju Negeri Sagala Datu Parulas Parultop berhenti sejenak di tepi Sungai dan melihat sampah sungai itu ada gabah padi lalu ia berkeyakinan bahwa di atas hulu sungai itu ada perkampungan. Ia pun menyelusuri hulu Sungai itu, dugaannya benar di atas hulu sungai ada perkampungan bernama Negeri Sagala. Di negeri Sagala Datu Parulas Parultop menemukan permasalahan 
bahwa penduduk setempat tidak ada yang berani keluar rumah karena Burung Rajawali raksasa sedang mengintai manusia untuk di mangsa, membuat penduduk setempat mati ketakutan. 
Kemudian Raja Sagala Tuan Mulanihuta telah membuat maklumat bagi siapa saja yang dapat membunuh Burung Rajawali itu, Rajamenawarkan dapat memilih putrinya untuk dijadikan istri. Kemudian DatuParulas Parultop menyatakan kesiapan dirinya untuk membunuh Burung raksasa itu, dan apabila ia terluka atau mati jangan ia dikuburkan dimohon ditunggu saudaranyadatang membawa obat. Kemudian Datu Parulas Parultop mangultop Burung tersebut hingga sampai mati, tapi ia 
dikabarkan meninggal jatuh ditimpa burung tersebut, kemudian dengan tanda tanda yang diterima oleh PURBA DASUHA bahwa bunga di halaman rumahnya mati layu serta anjing yang ada disekitar itu mengaung tinggi dan melihat tanda-tanda itu PURBA DASUHA datang menyusul Datu Parulas Parultop ke Sagala dengan membawa Tawar. Bahwa benar Datua Parulas Parultop meninggal kemudian PURBA DASUHA mengusapkan tawar itu keseluruh tubuh Datu Parulas Parultop, sehingga membuat Datu Parulas Parultop siuman kembali sehat seperti sediakala. Setelah hidup kembali maka Raja Sagala Tuan Mulanihuta memenuhi permintaan Datu Parultop mengawinkan putri Raja Sagala atas pilihan Datu Parulas Parultop bernama NAI ASANGPAGAR. Kemudian Tuan Mulanihuta memberi tanah perkampungan untuk Datu Parulas Parultop. Kemudian anak DATU PARUPARULTOP lahir tiga putra diberi membawa marga SIBORO yaitu OP BANGUN DONGORAN SIBORO, OP NIARGA SIBORO, OP PANGARIBUAN SIBORO dan itulah asal usul marga Siboro yang ada di Sagala dan merantau ke Tanah Karo menjadi Tarigan Cibro, dan ke Tanah Simalungun, Dairi dan sebagian lagi tinggal di tanah kampung Sagala. Perkampungan Siboro menjadi terbagi dua yaitu kampung marga Siboro dan tanah perkampungan PURBA DASUHAl uasnya lebih kecil dibanding dengan tanah perkampungan milik marga SIBORO yang diberikan oleh Datu Parulas Parultop kepada PURBA DASUHA sebagai HAHA NIUHUM. Tim Sejarah langsung wawancara dengan Tokoh marga SIBORO maupun dengan PURBA DASUHA di Sagala serta berkeliling melihat-lihat tanah perkampungan milik marga SIBORO dan juga perkampungan PURBA DASUHA sebagai Haha ni Uhum di Desa Sagala Kecamatan Sianjur Mulamula 
Kabupaten Samosir.


Komentar

POPULER POST

SILSILAH GIRSANG

SILSILAH TOGA SIMAMORA BERBAGAI VERSI

PINAR SIMALUNGUN

Patuturan Dalam Ke Kerabatan Suku Simalungun

TAROMBO MARGA GIRSANG

GIRSANG Vs LUMBAN TORUAN HARIARA

SEJARAH LAHIRNYA MARGA TARIGAN

Umpasa Namarpariban

PESTA TUGU GIRSANG 2017

Radja Radja Simalungun