Fakta Nama Huta Girsang Sipanganbolon

Kerajaan Silimahuta Girsang Adalah Kerajaan Ketujuh yanga Ada didalam Kerajaan Simalungun ( Harajaon Marpitu)

Kerajaan Silimahuta Marga Girsang Berpusat di Naga Saribu kabupaten Simalungun kalau kita lihat Dari letak Wilayah dan Geographis nya pada Zaman Pemerintahan Setelah Indonesia Merdeka Kecamatan Girsang Sipangan Bolon yang Berbatasan langsung Dengan Tobasa dan Kecamatan Silimahuta ( Pematang Silimahuata) Berbatasan Langsung Dengan Pakpak Dairi Dan Tanah Karo tidak jauh berbeda letak dan posisi wilayah ini pada masa Kerajaan Simalugun  dulu

Setelah pemerintah Indonesia Sudah Merdeka  ibu kota Kecamatan Silimahuta adalah Saribudolok

Dimasa jaman kerajaan dulu dan pada masa pemerintahan kolonial Belanda berkuasa Marga Girsang  atau Kerajaan Silimahuta merupakan Kerajaan yg terakhir  Menandatangani perjanjian Konteverling Sekitar Tahun 1907 Dengan Pemerintah kolonial Belanda 

Pada Jaman Simalungun Masih berbentuk Kerajaan dilihat dari letaknya Kerajaan nya Wilayah Kerajaan Marga girsang Merupakan Benteng Pertahanan ditiga Wilayah perbatasan Toba (Tiga Raja- Girsangsipanganbolon) karo (Saribujandi- Dolok Batu nanggar dll )

Pakpak dairi ( Tiga Raja -Naga Saribu ) 

Setelah Indonesia Merdeka Marga Girsang keluar dari pusat Kerajaan (Pematang=Pusat Kerajaan) Naga Saribu  ke dekat Jalan yg telah dibuka/Dibangun kolonial  Belanda Tepatnya Di Huta Tigaraja Silimahuta

Nama Huta Tiga Raja juga ada di Huta Girsang Sipanganbolon 

Pengakuan kerajaan Girsang di Silimakuta tidak terlepas dari sejarah historis suku Simalungun. Suku Simalungun dalam sejarah historis memiliki 3 fase kerajaan yangg pernah berkuasa dan memerintah di Simalungun. Berturut-turut fase itu adalah :


  1. Fase kerajaan yang dua (harajaon na dua) yakni Kerajaan Nagur (marga Damanik) dan Batanghio (Marga Saragih).
  2. Fase Kerajaan berempat (harajaon na opat) yakni Kerajaan Siantar (marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak) dan Tanoh Jawa (marga Sinaga).
  3. Fase 7 kerajaan (harajaon na pitu) yakni: kerajaan Siantar (Marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak), Tanoh Jawa (marga Sinaga), Raya (marga Saragih Garingging), Purba (marga Purba Pakpak) dan Silimakuta (marga Girsang).
Fase ke -3 ini berkaitan dengan kolonial Belanda di simalungun. Tahun 1907,diadakan perjanjian pendek (korte verklaring) yang intinya tunduknya seluruhnya kerajaan kepada kolonial, maka untuk mempermudah urusan administrasi serta mempermudah politik devide et impera, maka status partuanon dari tiga partuanon Dolog Silou itu dinaikkan statusnya menjadi kerajaan. Yakni Silimakuta, Simalungun (Girsang) di Naga aribu, kerajaan Purba (Purba Pak-pak) di Pematang Raya.

Sejarah Kerajaan Silimakuta bermula dari seorang Girsang membantu Tuhan Naga Mariah, Raja Sinaga untuk mengusir musuh Tuhan Naga Mariah dari Siantar. Girsang ini menyuruh penduduk mengumpulkan sebanyak mungkin bermacam- macam duri dan diambilnya cendawan merah, diperasnya dalam air, racunnya diletakkannya pada duri-duri dan diletakkan di sepanjang jalan yang bakal dilalui musuh., sedangkan air yang beracun itu dimasukkannya ke dalam Paya Siantar. Musuh oleh karena itu semuanya mati kena racun.Ia melapor kepada Tuhan Naga Mariah dan berkata, "Nunga mate marsinggalang saribu di dolok i!" (beribu-ribu musuh sudah mati bergelimpangan di gunung itu), sehingga gunung itu dinamakan Dolok Singgalang dan namanya Saribu Dolok. Girsang lalu kawin dengan puteri dari Tuhan Naga Mariah dan karena ahli mencampur racun dinamai Datu Parulas. Setelah Raja Sinaga itu mati maka Datu Parulas ini naik tahta dan mendirikan kampungnya Naga Saribu yang menjadi ibukota kerajaan Silimakuta. Kerajaannya dinamainya Si Lima Kuta karena dalam kerajaannya ada lima kampung yaitu:

1. Rakutbesi
2. Dolok Panribuan
3. Saribu Djandi
4. Mardingding
5. Nagamariah

Marga Girsang terdiri dari 5 sub marga antara lain :
1. Girsang Jabu Bolon
2. Girsang Na Godang
3. Girsang Parhara
4. Girsang Rumah Parik
5. Girsang Bona Gondang

Nama Nama kecamatan di Kabupaten Simalungun dikelompokkan sebagai berikut Nama kecamatan yang diambil dari nama kerajaan Simalungun zaman dahulu, yaitu: 

1. Kecamatan Siantar (Kerajaan Siantar)

2. Kecamatan Raya (Kerajaan Raya) 

3. Kecamatan Silimakuta (Kerajaan Silimakuta) 

4. Kecamatan Panei (Kerajaan Panei) 

 5. Kecamatan Purba (Kerajaan Purba) 

6. Kecamatan Tanah Jawa (Kerajaan Tanah Jawa) 

7. Kecamatan Silou (Kerajaan Silou)

 Dalam Sejarah Etnis Simalungun (Agustono, 2012: 1) disebutkan bahwa wilayah Simalungun pada awalnya merupakan sebuah kerajaan besar yaitu, kerajaan Nagur. Kerajaan ini kemudian terpecah menjadi empat kerajaan (RajaMaropat) yakni Tanah Jawa, Siantar, Panei dan Dolog Silou. Pada masa kolonial Belanda, kerajaan Maropat ini dipecah menjadi tujuh kerajaaan (Raja Marpitu) yakni Tanah Jawa, Siantar, Panei, Purba, Dolog Silou, Raya dan Silimakuta. Dengan demikian, terdapat tujuh kerajaan yang kemudian diabadikan menjadi nama beberapa kecamatan di Kabupaten Simalungun.

Nama kecamatan juga merupakan nama marga, seperti: 

1. Kecamatan Purba (marga Purba)

2. Kecamatan Sidamanik (marga Damanik) 

3. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon               (submarga Girsang yang merupakan bagian dari marga Purba) 


                   Wikipedia ssimalungn


Keberadaan nama daerah yang berasal dari nama orang menunjukkan hubungan sebab-akibat antara kajian toponimi (cabang onomastika yang mempelajari nama tempat), dengan antroponimi (cabang onomastika yang mempelajari nama diri). Pada pembahasan ini penulis menemukan bahwa nama diri lebih dulu muncul dibandingkan dengan nama tempat, artinya masyarakat lebih dahulu ada dan menempati wilayah lalu penamaan wilayah dilakukan mengikuti nama orang. Selain itu, terdapat keyakinan yang kuat dalam kehidupan orang Simalungun bahwa munculnya empat kerajaan besar (Raja Maropat) berdasarkan pada pembagian besar marga yang membentuk masyarakat Simalungun, yakni Sinaga, Saragih, Damanik,dan Purba. Marga-marga ini awalnya berasal dari nama para leluhur orang Simalungun dan memiliki submarganya masing-masing.   

 Nama kecamatan yang menggunakan kata ‘dolok’ atau gunung, yaitu: 

1. Kecamatan Dolok Silou 

2. Kecamatan Dolok Pardamean 

3. Kecamatan Dolok Panribuan 

4. Kecamatan Tapian Dolok

5. Kecamatan Dolok Batu Nanggar  

6. Kecamatan Gunung Malela 

7. Kecamatan Gunung Maligas

 Berdasarkan Kamus Bahasa Simalungun (Dasuha, 2015: 75), kata dolok atau dolog memiliki arti gunung. Nama tersebut banyak digunakan sebagai nama tempat di Simalungun, baik kecamatan, kelurahan, bahkan desa. Penulis menemukan bahwa 7 dari 31 kecamatan di Kabupaten Simalungun menggunakan nama dolok atau gunung. Melihat tingginya frekuensi kemunculan kata tersebut dalam penamaan, penulis menyimpulkan bahwa kata tersebut sangat penting dalam kehidupan masyarakatnya. Meskipun kecamatan-kecamatan tersebut tidak berada di gunung yang aktif, namun secara geografis wilayahnya berada di dataran tinggi atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Selain itu, ketujuh kecamatan tersebut berada di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Karo.

 Nama kecamatan yang menggunakan kata ‘pematang’, yaitu: 

1. Kecamatan Pematang Bandar 

2. Kecamatan Pematang Silima Huta 

3. Kecamatan Pematang Sidamanik 

Dalam Kamus Bahasa Simalungun (Dasuha, 2015: 243), kata pematang memiliki arti ibukota kerajaan. Dalam kehidupan awal Simalungun, kata pematang atau pamatang ini digunakan untuk membedakan pusat kerajaan/pemerintahan dengan daerah lainnya. Penamaan ini berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Lehrer, (2006: 143) bahwa sebuah nama diberikan untuk membedakan benda yang satu dengan yang lainnya atau tempat yang satu dengan tempat lainnya. Dalam praktiknya di kabupaten Simalungun, kata pematang juga digunakan untuk membedakan daerah ibukota atau bekas ibukota yang ramai penduduknya dengan daerah-daerah lain. 

dan Purba. Marga-marga ini awalnya berasal dari nama para leluhur orang Simalungun dan memiliki submarganya masing-masing.

Nama kecamatan yang menggunakan kata ‘dolok’ atau gunung, yaitu: 

1. Kecamatan Dolok Silou 

2. Kecamatan Dolok Pardamean 

3. Kecamatan Dolok Panribuan 

4. Kecamatan Tapian Dolok 

5. Kecamatan Dolok Batu Nanggar 

6. Kecamatan Gunung Malela 

7. Kecamatan Gunung Maligas 

Berdasarkan Kamus Bahasa Simalungun (Dasuha, 2015: 75), kata dolok atau dolog memiliki arti gunung. Nama tersebut banyak digunakan sebagai nama tempat di Simalungun, baik kecamatan, kelurahan, bahkan desa. Penulis menemukan bahwa 7 dari 31 kecamatan di Kabupaten Simalungun menggunakan nama dolok atau gunung. Melihat tingginya frekuensi kemunculan kata tersebut dalam penamaan, penulis menyimpulkan bahwa kata tersebut sangat penting dalam kehidupan masyarakatnya. Meskipun kecamatan-kecamatan tersebut tidak berada di gunung yang aktif, namun secara geografis wilayahnya berada di dataran tinggi atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Selain itu, ketujuh kecamatan tersebut berada di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Karo.

 Nama kecamatan yang menggunakan kata ‘pematang’, yaitu: 

1. Kecamatan Pematang Bandar 

2. Kecamatan Pematang Silima Huta 

3. Kecamatan Pematang Sidamanik 

Dalam Kamus Bahasa Simalungun (Dasuha, 2015: 243), kata pematang memiliki arti ibukota kerajaan. Dalam kehidupan awal Simalungun, kata pematang atau pamatang ini digunakan untuk membedakan pusat kerajaan/pemerintahan dengan daerah lainnya. Penamaan ini berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Lehrer, (2006: 143) bahwa sebuah nama diberikan untuk membedakan benda yang satu dengan yang lainnya atau tempat yang satu dengan tempat lainnya. Dalam praktiknya di kabupaten Simalungun, kata pematang juga digunakan untuk membedakan daerah ibukota atau bekas ibukota yang ramai penduduknya dengan daerah-daerah lain.

3 kecamatan terdiri dari tiga kata, serta 1 kecamatan terdiri dari 4 kata. Dengan demikian, penamaan wilayah di Kabupaten Simalungun sudah mengikuti Permendagri No. 39 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi, yang menganjurkan bahwa nama rupabumi maksimal terdiri dari tiga suku kata. Setelah dianalisis secara keseluruhan, penulis menemukan bahwa 96% namanama kecamatan di Kabupaten Simalungun sudah tertib aturan, termasuk penggunaan bahasa daerah yaitu Bahasa Simalungun yang mendominasi penamaan. Berikut ini adalah arti dari nama-nama kecamatan di Kabupaten Simalungun


Kedatangan Marga Sinaga ke Girsang Parapat

Marga Sinaga yang datang ke Girsang Parapat adalah 3 orang dari keturunan Ompung Sinaga Bonor, yakni: • Pomparan ni Ompunta Bonor Pande yang dinamakan juga Porti. • Pomparan ni Ompunta Tiang ni Tonga yang dinamakan juga Sidahapitu. • Pomparan ni Ompunta Suhut ni Huta dinamakan juga Sangkal Horbo. Ompunta Suhut ni Huta mempunyai 4 anak, yaitu: Nasumandar, Nahumutur, Sibaliot, dan Sorak Maunok yang bergelar sebagai si Raja Tubing. Gelar ini diberikan karena dia berbibir sumbing dalam Bahasa Batak tubing sama Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009. USU Repository © 2009 dengan sumbing. Selain gelar si Raja Tubing, dia juga diberikan gelar si Raja Tubu. Gelar terakhir ini konon diberikan karena keturunan dari Sorak Maunok itu tidak ada yang sumbing. Berdasarkan penuturuan dari tua-tua Sinaga dari keturunan ke keturunan atau dari generasi ke generasi Raja sorak Maunok atau Raja Tubing pergi meninggalkan tempat kelahirannya, yaitu Urat Samosir melalui perbukitan Samosir pertama-tama ke Tomok lalu menyeberang danau menuju Sibaganding Panahatan dekat Parapat. Dari Parapat kemudian pergi ke Girsang dan kemudian menyeberangi dan membangun perkampungan di Dolok Na Godang. Dari sana, kemudian pindah ke perkampungan dekat Gereja RK sekarang ini. Dengan alasan bahwa kampung yang dimaksud jauh dari sumber air, maka akhirnya Raja Tubing pindah ke Sidallogan. Di Sidallogan, dia mempunyai keturunan yang dinamai Suhut Maraja. Suhut Maraja memperistrikan Boru ni Raja I Sihotang. Dari pernikahan tersebut lahirlah anaknya yang bernama Sidasuhut dan Sidallogan. Kemudian Suhut Maraja memiliki istri kedua, yaitu Boru Manurung. Dari Boru Manurung, Suhut Maraja memiliki anak, yaitu Simaibang dan Simandalahi. Konon menurut cerita, setelah meniggalnya Suhut Maraja, Simaibang menikahi ibunya sendiri, yaitu Boru Manurung dan memiliki anak, yaitu Simanjorang. Dahulu, Sidasuhut dan Sidallogan lahir kembar dalam satu “lambutan”. Untuk menentukan siapa yang menjadi kakaknya tergantung pada siapa yang lebih duluan menangis. Setelah dibelah “lambutan”, Sidasuhut yang pertama kali menangis. Dengan demikian, urutan keturunan Suhut Maraja adalah: Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, dan Simandalahi. Dalam perkembangannya, kelima keturunan Suhut Maraja itu mendirikan perkampungan masing-masing dan menamai kampung itu sesuai dengan namanya masing-masing. Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009. USU Repository © 2009 Lalu, Raja Sidasuhut memiliki tiga orang anak, yaitu: Ompu Sidomdom, Ompu Hasangapon, dan Ompu Mardoli-doli. Ompu Sidomdom tinggal marhuta di Sipangan Bolon, Ompu Hasangapon tinggal marhuta di Girsang, sedangkan Ompu Mardoli-doli pergi merantau meninggalkan kampung kelahirannya, alasannya karena dia merasa kesal mardandi terhadap kakak-kakaknya. Di perantauan, Ompu Mardoli-doli membuka perkampungan baru yang dinamai Silapit, yaitu tepatnya dekat Simanindo. Dengan alasan rasa kesal mardandi, maka gelar yang diberikan kepadanya yaitu Ompu Na Mardandi sian Girsang.



Refrensi/Daftar pustaka

Rika Perdana

Agustono, Budi. 2012. Sejarah Etnis Simalungun. Pematang Siantar: Hutarih Jaya. Badan Informasi Geospasial. 2013. “Paparan Kunci Peran Toponimi dalam Pelestarian Budaya Bangsa dan Pembangunan Bangsa

 Pematang Siantar.  Bussman, Hadumod. 2006. Routledge Dictionary of Language and Linguistics. New York:       Routledge. Dasuha. 2015. Kamus Bahasa Simalungun. Pematang Siantar: KPB. Edward, John. 2009. Language and Identity. New York: Cambridge University Press. 

Ethnologue. 2016.  Joseph,  John. 2004. Palgrave  MacMillan. 1 October  2016  <www.ethnologue.com/language/bts>. Basingstoke: Language  and Identity:  National, Ethnic, Religious. Lauder, Multamia R. M.  T. 2014. “Memahami  Manfaat Toponimi Bagi Jati  Diri Bangsa.” Makalah pada  Rapat  Pendampingan  Dekonsentrasi Pembinaan dan Pembakuan Nama Rupabumi  Unsur  Alami. Lehrer,  A.  2006. Proper  Names:  Semantic  Aspects.  In  Encyclopedia  of  Language  and Linguistic  (vol. 10, hlm.  141144). Tarigan, H. G. 1975. Oxford: Elsevier. Morfologi Bahasa Simalungun. Jakarta: Aksara. 229

Komentar

POPULER POST

SILSILAH GIRSANG

SILSILAH TOGA SIMAMORA BERBAGAI VERSI

PINAR SIMALUNGUN

Patuturan Dalam Ke Kerabatan Suku Simalungun

TAROMBO MARGA GIRSANG

GIRSANG Vs LUMBAN TORUAN HARIARA

SEJARAH LAHIRNYA MARGA TARIGAN

Umpasa Namarpariban

PESTA TUGU GIRSANG 2017

Radja Radja Simalungun