Sejarah Sipituhuta Karo

Kunjungan Dr B Hagen ke Garingging  (Sipituhuta) Tahun 1883

Perjalanan kali ini membawa saya ke kaki Gunung Tanduk Benua ( Sipiso-piso) sampai ke Gunung Pakpak ( Dolok Partibi) yang bersebelahan dengan Kampung Garingging. Raja Malani dari Garingging yang dipanggil juga Pa Hujur lama tinggal di Deli awal tahun 1879 karena menderita penyakit disentri dan saya membantunya hingga sembuh. Sebagi balas jasa dia mengundang saya untuk datang ke kampungnya di Garingging.





Raja Malani ini dahulu adalah seorang bawahan dari Raja Tongging. Dia diusir oleh Raja Tongging yang saat itu dipegang oleh Ompu Jonka Raja karena memberontak. Lalu Raja Malani ini pergi dan mendirikan Kampung Garingging sekarang. Sampai saat ini dia masih berseteru dengan Raja Tongging. Sebuah kebiasaan bagi lelaki Batak adalah memakai nama anaknya , Raja Malani ini pun mendapat gelar Pa Husur ( ayahnya si Husur). Si Husur adalah anak hasil perkawinannya dengan putri dari Raja Tongging Djonka Raja.


Saat ini saya ingin menepati janji saya berkunjung ke Kampung Garingging.  Jaraknya tidak kurang tigaperempat jam ( 45 menit) dari Nagasaribu. Kami menyebrangi sebuah sungai yang akan bermuara di daerah Langkat sana. Kami mandi sebentar untuk menyegarkan badan.


Diseberang sungai ada beberapa rumah berpagar yang disebut Kampung Naga Bosar. Kampung ini didirikan beberapa bulan yang lalu oleh seorang putra dari Raja Nagasaribu. Dipagar rumah ini terdapat tumbuhan semak berduri yang buahnya kecil bulat  beraroma wangi dan rasanya agak pedas. (Orang Batak disini menyebutnya Tuba kalau di Toba disebut andaliman). Saya hampir saja pingsan karena aroma dan rasanya yang begitu menyengat.


Setelah berjalan hampir selama satu jam kami pun tiba di Kampung Garingging. Kampung ini berada di atas perbukitan yang diberi nama Dolok Tarean. Disana ada kurang lebih selusin rumah besar yang sudah tua umurnya. Raja Malani menyambut saya dengan gembira , saya juga bertemu  dengan beberapa orang yang sering saya jumpai di Deli . 


Kedatangan saya pas dihari raya panen di kampung itu. Raja Malani memotong seekor kambing jantan , beberapa ekor ayam dan menyuguhkan minuman  tuak dari ekstrak pohon enau . 


Raja Malani berperawakan kurus dan tinggi, dahinya agak lebar dengan alis begitu tebal. Matanya berwarna kecoklatan dan dagunya sedikit panjang . Walaupun demikian orangnya sangat baik hati, beliau begitu gembira dan tertawa saat kembali mengingat kesembuhannya dari sakit disentri di Deli kala itu. 


Saya bertanya kepada beliau tentang wilayah Orang Pakpak yang berbatasan langsung dengan wilayahnya ini. Wilayah Pakpak ini bisa tembus ke Barus dan mungkin bisa juga sampai Ke Singkil. Raja Malani mengatakan jika perjalanan ke daerah sana tidak terlalu sulit . Beliau sendiri mau mendampingi saya selama 3-4 hari perjalanan menuju daerah Pakpak Boang ( wilayah yang saya tidak kenal) sedangkan Barus dan Singkil yang telah dikuasai Belanda tidak dikenal disini.


Namun beliau tak bisa segera melakukan perjalan untuk mendampingi saya. Karena jika Raja Malani pergi keluar kampung bisa saja para musuhnya akan membunuhnya sebab perselisihannya dengan Raja Tongging belum selesai . Raja Malani berjanji akan menyelesaikan perselisihan itu sebulan kemudian lalu menemani saya ke daerah Orang Pakpak. Tentu saja itu waktu yang terlalu lama buat saya dan dengan agak menyesal saya mengubur keinginan saya untuk menjelajah ke daerah Orang Pakpak . 


Saya ingin kembali ke Nagasaribu hari itu juga,tetapi Raja Malani memohon saya untuk tinggal setidaknya bermalam di kampungnya. Dan kami pun menghabiskan setengah malam dengan mengobrol banyak hal dengan penuh kegembiraan. Sekali lagi Raja Malani berusaha meyakinkan saya untuk tinggal di kampung Garingging dan menjelajahi Dolok Tarean lalu seterusnya ke wilayah Orang Pakpak.


Keesokan harinya sebelum pulang , Raja dan beberapa orangnya menemani kami menjelajah jauh hingga ke dalam hutan di pegunungan Tarean . Disana saya menemukan beberapa bunga anggrek dibawah hutan pegunungan yang begitu tebal. Beberapa bunga anggrek yang sedang mekar saya ambil untuk koleksi herbarium saya .


Disini rata-rata bunganya sangat kecil, saya belum pernah menemukan jenis tanaman yang berbunga besar di sepanjang perjalanan saya. Di beberapa petak ladang di Kampung Garingging ditanam tumbuhan tembakau yang tak kalah bagusnya dengan yang ditanam di perkebunan Deli. 


Sesampainya di Nagasaribu ,kami menjumpai Tuan Rakut Besi yang kemudian mengundang saya dan Raja Nagasaribu untuk menghadiri peresmian rumah yang baru dibangunnya disana.


Sumber bacaan :

1. "Rapport  uber eine im Dezember 1883 unternommene wissenschaftliche Reise an den Toba-See (Central Sumatra) van Dr. B. HAGEN"

2. Peta " Schetskaart van het Toba-meer met aangrenzend terrein, samengesteld naar de nieuwste bronnen" terbitan tahun 1886


FB Jan Edward Sipayung (Sejarah Batak) 

Komentar

POPULER POST

SILSILAH GIRSANG

SILSILAH TOGA SIMAMORA BERBAGAI VERSI

PINAR SIMALUNGUN

Patuturan Dalam Ke Kerabatan Suku Simalungun

TAROMBO MARGA GIRSANG

GIRSANG Vs LUMBAN TORUAN HARIARA

SEJARAH LAHIRNYA MARGA TARIGAN

Umpasa Namarpariban

PESTA TUGU GIRSANG 2017

Radja Radja Simalungun