Tongging Pusat Penjualan Budak Tempo Dulu


Selain dirompak pada malam hari, banyak juga orang-perempuan atau laki-laki, yang muda maupun yang sudah dewasa - yang disergap di tengah jalan, dan seterusnya diperdagangkan selaku budak. Menurut yang langsung dilihat oleh Von Brenner, salah satu tempat yang lumrah dipakai menjadi tempat pool pengumpulan orang-orang yang tertawan itu, untuk seterusnya dibawa ke tempat jual beli ialah Tongging, satu desa di tepi Danau Toba bagian Utara. Desa ini terletak pada suatu teluk tak jauh dari air terjun yang sangat indah di sana. Oleh Belanda, Tongging kemudian dimasukkan dalam wilayah Karo, sekalipun penduduknya berbahasa logat campuran antara Samosir, Simalungun dan Karo.

Pilihan Tongging menjadi tempat pool pengumpulan dapat dipahami, karena letaknya yang agak tersendiri dan di tepi suatu teluk yang diantarai oleh Semenanjung Sipalangit dan Bagei serta oleh Gunung Sipiso-piso dari Haranggaol. Tetapi faktor lain ialah faktor geografis dan ekonomis. Para budak itu biasanya diperjual- belikan kemudian dari Tongging ke Buluh Awar di Langkat dan sebagian lagi ke Malaya atau Penang. Dan jalan dari Tongging lah yang aman untuk kegiatan demikian. Lagi pula jarak dari Tongging ke Langkat lebih singkat dari jarak Parapat ke Langkat umpamanya. Itu sebabnya para penjual budak lebih menyukai Tongging selaku tempat pemasaran.

Von Brenner mencatat, bahwa harga seorang budak wanita yang berasal dari Toba di Tongging dan Silalahi ialah 70-120 ringgit untuk yang masih muda dan 20-50 ringgit untuk yang agak tua.


Sumber Bacaan :

1. "Ahu Sisingamangaraja", Prof W B Sijabat, cetakan tahun 2019.

2. Foto " Kampung Tongging tahun 1870 koleksi KITLV Belanda

3. Jan eduart Sipayung

Komentar

POPULER POST

SILSILAH GIRSANG

SILSILAH TOGA SIMAMORA BERBAGAI VERSI

PINAR SIMALUNGUN

Patuturan Dalam Ke Kerabatan Suku Simalungun

TAROMBO MARGA GIRSANG

GIRSANG Vs LUMBAN TORUAN HARIARA

SEJARAH LAHIRNYA MARGA TARIGAN

Umpasa Namarpariban

PESTA TUGU GIRSANG 2017

Radja Radja Simalungun